BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses
pembelajaran merupakan suatu konsep yang sangat kompleks dalam kaitanya dengan
bagaimana menjadikan suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi menjadi lebih
efektif, efisien dan juga menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dalam
artian menyenangkan. Proses ini melibatkan berbagai unsur yang termasuk dalam
satu lingkungan belajar, baik guru, siswa, media, dan unsur lain yang menunjang
terjadinya interaksi belajar. Pembelajaran yang terjadi atau sering terjadi selama
ini adalah bahwa pembelajaran diartikan oleh sebagian besar unsur belajar
selama ini, baik itu guru maupun siswa adalah pembelajaran konvensional yang
hanya memfokuskan pada komunikasi verbalistik, sentralisasi guru, pembelajaran
yang otoriter dalam artin gurulah yang berhak menentukan apa yang akan
dipelajari oleh siswa dan faham-fham yang tidak memberikan ruang kreatifitas
baik bagi siswa maupun guru dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan
kreatif. Hal ini menjadi suatu dasar yang membuat suatu jurang pemisah antara
guru dan siswa dalam pembelajaran. Sikap, paham, atau kebiasaan yang terjadi
seperti disebutkan di atas menjadikan suasana belajar yang menyenanngkan dan
bisa menciptakan motivasi belajar yang lebih bagi siswa seakan-akan terpasung
oleh beberapa contoh hal diatas. Menyikapi hal I atas, penulis makalah dalam
hal ini, mencoba untuk mengangkat beberapa model pembelajaran yang bisa
dijadikan rujukan oleh guru atau calon guru dalam menerapkan model dan strategi
pembelajaran yang bersifat inovatif dan berorientasi pada prinsip-prinsip
konstruktifis yang saat ini sangat dianjurkan bagi setiap guru dan calon guru
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran
inovatif dengan model-modelnya yang sangat variatif dilengkapi dengan sintaks
atau langkah-langkah yang sangat membantu para guru atau calon guru untuk
mempelajari dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Dianataranya adalah; model
pembelajaran lansung, kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, inkuiri,
atau belajar melalui penemuan, dan masih banyak model pembelajaran inovatif
lainnya yang bisa menjadi pilihan bagi guru atau calon guru Sokalah Dasar
khususnya guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa kelasa
lanjut. Dalam makalah ini penulis mengangkat 5 (lima) contoh model pembelajaran
inovatif yang bisa diterapkan oleh guru atau calon guru Sokalah Dasar khususnya
guru matap elajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa kelasa lanjut.
Demikianlah maakalah ini dibuat dengan harapan dapat menjadi salah satu
referensi bagi setiap pembaca dlam mengembangkan kemampuannya dalam
mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang inovatif.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
hakekat dari proses pembelajaran?
2. Apa
Pengertian pembelajaran inovatif?
3. Apa
tujuan dan manfaat dari pembelajaran inovatif bagi siswa dan guru?
C. Tujuan
Beberapa
hal yang menjadi tujuan dari penulis dalam menyusun makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi
penulis:
· Menjadikan
model pembelajaran inovatif sebagai rujukan pertama dalam mengembangkan model pembelajaran.
· Meningkatkan
pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan model pembelajaran inovatif dalam
meningkatkan ketrampilan mengajr sebagi calon guru yang professional.
2. Bagi
Pembaca
· Memberikan
informasi penting tentang hakikat pembelajaran
· Menuangkan
pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran inovatif, manfaat,
contoh-contoh dan penerapannya, serta kesesuaiannya dengan Kompetensi Dasar
yang ada di dalam kurikulum Sekolah Dasar.
D. Manfaat
Beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dari tulian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi penulis
diharapkan pada akhirnya dapat menjadi guru yang professional dengan kemampuan
mengajar yang selalu inovatif dengan selalu mengacu pada prinsip-prinsip
pengembangan model pembelajaran yang inovatif dan mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
2.
Bagi pembaca,
penulis mengharapkan pada akhirnya bisa menerapkan model-model pembelajaran
inovatif dengan baik dan benar sesuai dengan motifasi yang positif.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Hakekat Pembelajaran Inovatif
1.
Pengertian Pembelajaran Inovatif
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan
dari instruction, yang banyak dipakai di dalam dunia pendidikan di AS.
Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang
menempatkan sisiwa sebagai sumber dari kegiatan. diasumsikan dapat mempermudah
siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti
bahan-bahan cetak, internet, televisi, gambar, audio, dsb., sehingga semua itu
mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar
mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator
dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992:3), yang
menyatakan bahwa “Instruction is a set of event that effect learners in such
a way that learning is facilitated.” Oleh karena itu menurut Gagne,
mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dengan konsekuensi peran guru
lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber
dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam
mempelajari sesuatu. Kata “inovatif” berasal dari kata sifat bahasa Inggris innovative.
Kata ini berakar dari kata kerja to innovate yang mempunyai arti
menemukan (sesuatu yang baru).
Pembelajaran inovatif dapat
diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru,
tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa
dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.
Dalam konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif
dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu
masalah. Itu disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah
dilakukan atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi
perlu perbaikan. Program pembelajaran yang sifatnya memperbaiki program
pembelajaran sebelumnya yang tidak memuaskan, hasilnya dapat digolongkan
inovatif karena mencoba untuk memecahkan masalah yang belum terpecahkan.
2.
Teori yang Mendasari Pembelajaran Inovatif
a.
Teori Kognitif
Teori kognitif didasari perilaku
yang tidak tampak dapat dipelajari secara ilmiah seperti pada perilaku yang
tampak. Perilaku yang tidak tampak merupakan proses internal yang merupakan
hasil kerja potensi psikis. David Ausubel berpendapat bahwa belajar itu terjadi
dalam organisme manusia melalui proses yang bermakna yang menghubungkan
peristiwa atau butir baru pada aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon
yang tersirat tetapi merupakan pengalaman sadar yang diartikulasikan secara
jelas dan dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda,
lambang, konsep, atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan dalam
struktur kognitif individual yang berasal dari basis substansial dan
nonkebiasaan. Teori kognitif lebih mengandalkan pikiran dan konsep dasar yang
dimiliki pembelajar daripada pengalaman. Kognitif amat menjauhi model menghafal
tetapi yang diorientasikan secara mendalam adalah belajar bermakna dimana tiap
proses pembelajaran haruslah bermakna yang mampu mengelaborasi kognisi
seseorang. Situasi belajar apa pun dapat bermakna apabila pembelajar mempunyai
seperangkat pembelajaran yang bermakna, yakni penghubungan tugas belajar yang
baru dengan apa yang sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara
potensial akan bermakna bagi pembelajar. Menurut Piaget, manusia memiliki
struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing
berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi beberapa
orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam
kotak yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak
(struktur pengetahuan) dalam otak manusia.
b.
Teori Humanistik atau Teori Sosial
Proses belajar tidak hanya terjadi
karena seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya dan meresponnya tetapi
terjadi pula karena pelaku belajar berkomunikasi dengan individu lainnya.
Proses belajar terjadi karena komunikasi personal. Dalam diri pelaku belajar atau
siswa terjadi transaksi akibat komunikasi dua arah atau lebih yang
masing-masing mendapat kesempatan, baik selaku inisiator maupun mereaksi
komunikasi. Komunikasi itu dapat berlangsung secara akrab, intensif, dan
mendalam. Oleh karena itu, teori humanistik dikembangkan menjadi teori sosial,
yang dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura (dalam Dahar, 1989) dalam
belajar berdasarkan teori sosial terdapat empat fase, yaitu: perhatian,
retensi, reproduksi, dan motivasi. Menurut Rogers, dalam konteks belajar yang
diciptakan, manusia akan belajar apa saja yang dia butuhkan. Konsep Rogers
tersebut saat ini memberikan perubahan besar bagi konsep pembelajaran yang
bertumpu pada pembelajar. Pembelajar itu sangat individual. Oleh karena itu,
jika ingin berhasil dalam pembelajaran, perhatikan kebutuhan individual dalam
belajar. Untuk mengadaptasi konsep Rogers dalam pembelajaran, perlu memahami
bahwa pembelajar adalah organisme yang butuh memahami dirinya sendiri dan
mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain secara bebas dan aman.
c.
Teori Gestalt
Psikologi Gestalt memandang
unsur-unsur yang terlibat dalam proses belajar tidak terpisahkan tetapi
merupakan totalitas dalam membentuk medan belajar. Oleh karena itu teori
Gestalt disebut pula dengan teori medan. Menurut Lewin perubahan tingkah laku
merupakan indikator hasil belajar yang diperoleh dan lingkungan yang disediakan
difungsikan untuk memfasilitasi potensi internal yang terdapat dalam diri
pelaku belajar. Selain itu, diuraikan juga pentingnya motivasi dalam
pembelajaran. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk
berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu dan juga bisa
muncul karena pengalaman yang menyenangkan, misalnya pengalaman kesuksesan.
B. Pembelajaran
Inovatif
Pembelajaran
inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang
bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pebelajaran modern
yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifis
dan teori lainnya.
Dari
segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya
yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini
mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya. Proses
pembelajaran yang selama inidilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan
hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran yang semacam ini
akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengiuti kegiatan
pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajran serta ketidak
bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan
yang dipelajari siswa seolah-olah terpsah dari permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran
inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses
pembelajaran dirancang, disussun, dan dikondisiskan untuk siswa gagar belajar.
Dalam pembelajaran yang brpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi
bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seliruh prancangan proses
pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru da siswa menjdi hubungan yang
salingbelajar dan saling menbangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi
titk acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran. Dengan mengacu pada
pembelajaran aktif dan inovatif.
Dalam
pembahasan dalam model-model pembelajaran inovatif yang diangkat oleh penulis
dalam makalah ini adalah, diantaranya: model pembelajaran Langsung,
pembelajaran Diskusi kelas, model-model pembelajaran Kooperatif, dan babarapa
contoh model dan langkah-langkah pembelajaran Inovatif.
C. Model-model
Pembelajaran Inovatif
1.
Model pembelajaran
langsung
Model
pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajaryang dirancang khusus
untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends,
1997). Istilah lain model oengajaran langsung dalam Arends (2001, 264) antara
lain training model, active teaching model, mastery teaching, explicit
instruction.
Ciri-ciri
model pengajaran langsung (dalam kardi & Nur, 2000: 3) adalah sebagai
berikut:
1.
Adanya tujuan
pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
2.
Sintaks atau poa
keseluruhandan luar kegiatan pembelajaran; dan
3.
System pengelolaan
dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran
tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
4.
Tujuan pembelajaran
dan hasil belajar siswa
Para
pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuaan, yakni
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif
(dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu,
sedangkan pengetahuan procedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melkukan
sesuat. Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu: tekanan adalah asil bagi
antara gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya (p=F/A). pengetahuan
prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif di atas adalah bgaimana
memperoeh rumus / persamaan tekanan tersebut.
Menghafal
hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika , kimia, matematika
merupakaan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau informasi factual.
Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan
dengan cara tertentu, misalnya membandingkan dua rancangan penelitian, menilai
hasil karya seni dan lain-lain. Sering kali penggunaan pengetahuan prosedural
memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif.
Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan
melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
- Pembelajaran Kooperatif
Pakar-pakar
yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan model pembelajaran
kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya
merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan
prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh
lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan
bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan
mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas
dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak
langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan
antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Hal
yang penting dala model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat
belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu
dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap memberi
sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk
bersosialisasi.
Terdapat
beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Teams
Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan
pendekatan struktural. Keempat tipe tersebut mempunyai perbandingan
seperti pada Tabel 2 berikut ini.
Perbandingan
Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Aspek
|
Tipe STAD
|
Tipe
Jigsaw
|
Investigasi
Kelompok
|
Pendekatan
Struktural
|
Tujuan
kognitif
|
Informasi
akademik sederhana
|
Informasi
akademik sederhana
|
Informasi
akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri
|
Informasi
akademik sederhana
|
Tujuan
sosial
|
Kerja
kelompok dan kerja sama
|
Kerja
kelompok dan kerja sama
|
Kerjasama
dalam kelompok kompleks
|
Keterampilan
kelompok an keterampilan sosial
|
Struktur
tim
|
Kelompok
heterogen dengan 4-5 orang anggota
|
Kelompok
belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok ”asal”
dan kelompok ”ahli”
|
Kelompok
belajar dengan 5-6 anggota heterogen
|
Bervariasi,
berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anggota.
|
Pemilihan
topik pelajaran
|
Biasanya
guru
|
Biasanya
guru
|
Biasanya
siswa
|
Biasanya
guru
|
Tugas
Utama
|
Siswa
dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi
belajarnya
|
Siswa
mempelajari materi dalam kelompok” ahli” kemudian membantu anggota kelompok
asal mempelajari materi itu
|
Siswa
menyelesaikan inkuiri kompleks
|
Siswa
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif
|
Penilaian
|
Tes
mingguan
|
Bervariasi
dapat berupa tes mingguan
|
Menyelesaikan
proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay
|
Bervariasi
|
Pengakuan
|
Lembar
pengetahuan dan publikasi lain
|
Publikasi
lain
|
Lembar
pengetahuan dan publikasi lain
|
Bervariasi
|
D. Contoh-contoh
model pembelajaran Inovatif dan langkah-langkah penerapannya.
Dibawah
ini merupakan beberapa contoh model pembelajran Inovatif yang bisa dijadikan
rujukan dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran di kelas dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya di kelas Lanjut:
1) Group
Investigation
Langkah-langkah
:
1.
Guru membagi kelas
dalam beberapa kelompok heterogen
2.
Guru menjelaskan
maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3.
Guru memanggil
ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu
materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4.
Masing-masing
kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
5.
Setelah selesai
diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6.
Guru memberikan penjelasan
singkat sekaligus memberi kesimpulan
7.
Evaluasi
8.
Penutup
2) Talking Stick
Langkah-langkah
:
1.
Guru menyiapkan
sebuah tongkat
2.
Guru menyampaikan
materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa
untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
3.
Setelah selesai
membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
4.
Guru mengambil
tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan
siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan
dari guru
5.
Guru memberikan
kesimpulan
6.
Evaluasi
7.
Penutup
3) Cooperative Integrated Reading And
Composition (CIRC)/Kooperatif Terpadu
Membaca
Dan Menulis
Langkah-langkah :
1.
Membentuk kelompok
yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2.
Guru memberikan
wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3.
Siswa bekerja sama
saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap
wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4.
Mempresentasikan/membacakan
hasil kelompok
5.
Guru membuat
kesimpulan bersama
6.
Penutup
4) Tebak Kata
Buat
kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah
pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat
kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak
(kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga.
Langkah-langkah
:
1.
Jelaskan TPK atau
materi ± 45 menit
2.
Suruhlah siswa
berdiri didepan kelas dan berpasangan
3.
Seorang siswa
diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya.
Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak
boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4.
Sementara siswa
membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara
pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila
sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5.
Apabila jawabannya
tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum
tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain
asal jangan langsung memberi jawabannya. Dan seterusnya
CONTOH KARTU
Perusahaan
ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
Dimiliki
oleh 1 orang
Struktur
organisasinya tidak resmi
Bila
untung dimiliki,diambil sendiri
NAH …
SIAPA … AKU ?
JAWABNYA :
PERUSAHAAN
PERSEORANGAN
|
5) Word Square
MEDIA
: Buat kotak sesuai keperluan dan buat soal sesuai TPK
Langkah-langkah
:
1.
Sampaikan materi
sesuai TPK
2.
Bagikan lembaran
kegiatan sesuai contoh
3.
Siswa disuruh
menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4.
Berikan poin setiap
jawaban dalam kotak :
CONTOH
SOAL
1.
Sebelum mengenal
uang orang melakukan pertukaran dengan cara …….
2.
……. Digunakan
sebagai alat pembayaran yang sah
3.
Uang ……. Saat ini
banyak di palsukan
4.
Nilai bahan
pembuatan uang disebut …….
5.
Kemampuan uang
untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….
6.
Nilai perbandingan
uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …….
7.
Nilai yang tertulis
pada mata uang disebut nilai …….
8.
Dorongan seseorang
menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …….
9.
Perintah tertulis
dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar sejumlah uang
disebut …….
T
|
Y
|
E
|
N
|
I
|
O
|
K
|
N
|
R
|
A
|
U
|
A
|
N
|
K
|
U
|
O
|
A
|
B
|
A
|
R
|
T
|
E
|
R
|
M
|
N
|
A
|
N
|
I
|
R
|
R
|
S
|
I
|
S
|
D
|
G
|
I
|
I
|
T
|
G
|
N
|
A
|
O
|
N
|
L
|
S
|
A
|
I
|
A
|
K
|
L
|
A
|
A
|
I
|
S
|
R
|
L
|
S
|
A
|
C
|
E
|
K
|
B
|
O
|
S
|
I
|
R
|
I
|
N
|
G
|
G
|
I
|
T
|
E.
Media
Bentuk dan
jenis media sangat beragam. Media berdasarkan bentuk penyajiannya
dikelompokkan menjadi:
1.
Media Visual
Media visual adalah media
yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis media
inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi
atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat
diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Media yang tidak dapat
diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar,
foto, sketsa, diagaram, bagan, grafik yang ada kaitanya dengan bahan pelajaran
yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah media yang
menggunakan alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar.
2.
Media Audio
Media audio adalah media yang
mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar). Suara atau bunyi
direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian diperdengarkan kembali
kepada peserta didik. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk media
audio. Penggunaan media audio dalam pembelajaran pada umumnya untuk
menyampaikan materi pelajaran tentang mendengarkan.
3.
Media Audio
Visual
Media audio visual merupakan
kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audio visual
akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal.
Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru.
Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan guru bisa beralih menjadi
fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.
Contoh audio visual, diantaranya program video atau televisi, video atau
televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).
Contoh media
pembelajaran inovatif dalam pembelajaran
1.
Kartu kata
Flash card
adalah kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn
Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Kartu
ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat,
hanya dalam waktu satu detik untuk masing-masing kartu. Tujuannya adalah untuk
melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga
perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan.
Cara
membuat:
Pada kartu
yang panjang ditempeli sebuah gambar sederhana. Di samping gambar ditulis suatu
pilihan tiga kata, satu yang sesuai dengan gambar dan dua yang mirip dengan
gambar. Pada punggung kartu warnai suatu ruang untuk menyatakan kata yang
benar. Kemudian disediakan jepit kertas.
Cara
bermain:
Dua orang
siswa memutuskan kata mana yang sepadan dengan gambar, kemudian menaruh jepit
disamping kartu kata itu. Untuk mengecek baliklah kartu.
2.
Papan flannel
Papan
flannel adalah papan yang berlapis kain flannel, sehingga gambar yang akan
disajikan dapat dipasang dan dilepas dengan mudah dan dapat dipakai
berkali-kali. Papan flannel termasuk salah satu media pembelajaran dua dimensi,
yang dibuat dari kain flanel yang ditempelkan pada sebuah tripleks atau papan.
Kemudian membuat guntingan-guntingan flannel yang di letakkan di bagian
belakang gambar.
Langkah-langkah
dan Cara Penggunakan Dalam Proses Pembelajaran:
a.
Gambar yang telah diberiksan kain flanel disiapkan terlebih dahulu
b.
Siapkan papan flanel dan gantungan papan flanel tersebut didepan kelas atau
pada bagian yang mudah dilihat oleh pembelajar
c.
Ketika pengajar akan menerangkan bahan pelajaran dengan menggunakan gambar,
maka gambar dapat ditempelkan pada papan flanel yang telah dilapisi kain
flannel
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
kita memahami akan hakekat dari suatu proses pembelajaran yang telah diuraikan
dalam makalah ini, merupakan suatu paradikma baru yang sangat perlu bagi kita
khususnya sebagai guru dan calon guru untuk mengembangkan model pembelajaran
yang berorientasi pada model pembelajaran Inovatif. Pembelajaran inovatif
merupakan suatu konsep pembelajaran yang sangat menekankan pada vpentingnya
partisipasi aktif dari siswa dalam mempelajari suatu kompetensi yang hendak
mereka kuasai, guru bertindak sebagai fasilitator yang juga berperan penting
dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bisa mengangkat dan
mengembangkan kreatifitas siswa. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan
model pembelajaran inovatif adalah mengacu pada teori konstruktifisme yang
dibangun dari anak dalam belajar dan berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.
B. Saran
Setelah
membaca dan memahami makalah yang penulis susun ini, penulis mengharapkan agar
setiap pembaca juga mampu menerapkannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran
langsung di kelas, karena model pembelajaran inovatif merupakan model yang
sangat dianjurkan oleh banyak kalangan karena dapat meningkatkan pola
konstruktif berbagai aspek perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor yang seimbang. Dengan berbagai kekurangan yang penulis miliki,
penulis juga menghimbau kepada pembaca agar juga tetap berusaha mencari
referensi lain baik dari makalah lain, buku, maupun dari internet tentang
materi atau hal yang berkaitan dengan model pembelajaran yang baik bagi
pembelajaran. Dengan rendah hati, penulis juga selalu mengharapkan kritik dan
saran yang menunjang kesempurnaan makalah ini dari setiap pembaca, atas
partisipasinya, penulis mengucapkan limpah terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional, 2006, BSNP Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Depertemen Pendidikan
Nasional,Jakarta.
Ibrahim, M., Fida R., Mohamad Nur dan Ismono, 2005, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: PSMS UNESA.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
Hamdani.
2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Sudjana, Nana dan Ahmad
Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Krisitarsia. 2012. Model-model
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD (Online). Tersedia:
http://detroitnumb.blogspot.com/2012/06/model-model-pembelajaran-bahasa-dan.html
(3 April 2013)
Suharmanto,
Agus. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif. (Online). Tersedia:
izaskia.files.woerdpress.com/2010/03/perencanaan-pembelajaran-inovatif.pdf (3
April 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar