Senin, 29 Juni 2015

pembelajaran inovatif



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu konsep yang sangat kompleks dalam kaitanya dengan bagaimana menjadikan suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi menjadi lebih efektif, efisien dan juga menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dalam artian menyenangkan. Proses ini melibatkan berbagai unsur yang termasuk dalam satu lingkungan belajar, baik guru, siswa, media, dan unsur lain yang menunjang terjadinya interaksi belajar. Pembelajaran yang terjadi atau sering terjadi selama ini adalah bahwa pembelajaran diartikan oleh sebagian besar unsur belajar selama ini, baik itu guru maupun siswa adalah pembelajaran konvensional yang hanya memfokuskan pada komunikasi verbalistik, sentralisasi guru, pembelajaran yang otoriter dalam artin gurulah yang berhak menentukan apa yang akan dipelajari oleh siswa dan faham-fham yang tidak memberikan ruang kreatifitas baik bagi siswa maupun guru dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Hal ini menjadi suatu dasar yang membuat suatu jurang pemisah antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Sikap, paham, atau kebiasaan yang terjadi seperti disebutkan di atas menjadikan suasana belajar yang menyenanngkan dan bisa menciptakan motivasi belajar yang lebih bagi siswa seakan-akan terpasung oleh beberapa contoh hal diatas. Menyikapi hal I atas, penulis makalah dalam hal ini, mencoba untuk mengangkat beberapa model pembelajaran yang bisa dijadikan rujukan oleh guru atau calon guru dalam menerapkan model dan strategi pembelajaran yang bersifat inovatif dan berorientasi pada prinsip-prinsip konstruktifis yang saat ini sangat dianjurkan bagi setiap guru dan calon guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran inovatif dengan model-modelnya yang sangat variatif dilengkapi dengan sintaks atau langkah-langkah yang sangat membantu para guru atau calon guru untuk mempelajari dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Dianataranya adalah; model pembelajaran lansung, kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, inkuiri, atau belajar melalui penemuan, dan masih banyak model pembelajaran inovatif lainnya yang bisa menjadi pilihan bagi guru atau calon guru Sokalah Dasar khususnya guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa kelasa lanjut. Dalam makalah ini penulis mengangkat 5 (lima) contoh model pembelajaran inovatif yang bisa diterapkan oleh guru atau calon guru Sokalah Dasar khususnya guru matap elajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa kelasa lanjut. Demikianlah maakalah ini dibuat dengan harapan dapat menjadi salah satu referensi bagi setiap pembaca dlam mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang inovatif.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa hakekat dari proses pembelajaran?
2. Apa Pengertian pembelajaran inovatif?
3. Apa tujuan dan manfaat dari pembelajaran inovatif bagi siswa dan guru?

C. Tujuan
Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulis dalam menyusun makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis:
·  Menjadikan model pembelajaran inovatif sebagai rujukan pertama dalam  mengembangkan model pembelajaran.
·  Meningkatkan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan model pembelajaran inovatif dalam meningkatkan ketrampilan mengajr sebagi calon guru yang professional.
2. Bagi Pembaca
·  Memberikan informasi penting tentang hakikat pembelajaran
·  Menuangkan pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran inovatif, manfaat, contoh-contoh dan penerapannya, serta kesesuaiannya dengan Kompetensi Dasar yang ada di dalam kurikulum Sekolah Dasar.
D. Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari tulian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi penulis diharapkan pada akhirnya dapat menjadi guru yang professional dengan kemampuan mengajar yang selalu inovatif dengan selalu mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan model pembelajaran yang inovatif dan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
2.      Bagi pembaca, penulis mengharapkan pada akhirnya bisa menerapkan model-model pembelajaran inovatif dengan baik dan benar sesuai dengan motifasi yang positif.












BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Hakekat Pembelajaran Inovatif
1.      Pengertian Pembelajaran Inovatif
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai di dalam dunia pendidikan di AS. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan sisiwa sebagai sumber dari kegiatan. diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, internet, televisi, gambar, audio, dsb., sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992:3), yang menyatakan bahwa “Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated.” Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dengan konsekuensi peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Kata “inovatif” berasal dari kata sifat bahasa Inggris innovative. Kata ini berakar dari kata kerja to innovate yang mempunyai arti menemukan (sesuatu yang baru).
Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Dalam konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan. Program pembelajaran yang sifatnya memperbaiki program pembelajaran sebelumnya yang tidak memuaskan, hasilnya dapat digolongkan inovatif karena mencoba untuk memecahkan masalah yang belum terpecahkan.




2.      Teori yang Mendasari Pembelajaran Inovatif
a.      Teori Kognitif
Teori kognitif didasari perilaku yang tidak tampak dapat dipelajari secara ilmiah seperti pada perilaku yang tampak. Perilaku yang tidak tampak merupakan proses internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David Ausubel berpendapat bahwa belajar itu terjadi dalam organisme manusia melalui proses yang bermakna yang menghubungkan peristiwa atau butir baru pada aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi merupakan pengalaman sadar yang diartikulasikan secara jelas dan dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda, lambang, konsep, atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan dalam struktur kognitif individual yang berasal dari basis substansial dan nonkebiasaan. Teori kognitif lebih mengandalkan pikiran dan konsep dasar yang dimiliki pembelajar daripada pengalaman. Kognitif amat menjauhi model menghafal tetapi yang diorientasikan secara mendalam adalah belajar bermakna dimana tiap proses pembelajaran haruslah bermakna yang mampu mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat bermakna apabila pembelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang bermakna, yakni penghubungan tugas belajar yang baru dengan apa yang sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara potensial akan bermakna bagi pembelajar. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia.

b.      Teori Humanistik atau Teori Sosial
Proses belajar tidak hanya terjadi karena seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya dan meresponnya tetapi terjadi pula karena pelaku belajar berkomunikasi dengan individu lainnya. Proses belajar terjadi karena komunikasi personal. Dalam diri pelaku belajar atau siswa terjadi transaksi akibat komunikasi dua arah atau lebih yang masing-masing mendapat kesempatan, baik selaku inisiator maupun mereaksi komunikasi. Komunikasi itu dapat berlangsung secara akrab, intensif, dan mendalam. Oleh karena itu, teori humanistik dikembangkan menjadi teori sosial, yang dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura (dalam Dahar, 1989) dalam belajar berdasarkan teori sosial terdapat empat fase, yaitu: perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi. Menurut Rogers, dalam konteks belajar yang diciptakan, manusia akan belajar apa saja yang dia butuhkan. Konsep Rogers tersebut saat ini memberikan perubahan besar bagi konsep pembelajaran yang bertumpu pada pembelajar. Pembelajar itu sangat individual. Oleh karena itu, jika ingin berhasil dalam pembelajaran, perhatikan kebutuhan individual dalam belajar. Untuk mengadaptasi konsep Rogers dalam pembelajaran, perlu memahami bahwa pembelajar adalah organisme yang butuh memahami dirinya sendiri dan mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain secara bebas dan aman.

c.       Teori Gestalt
Psikologi Gestalt memandang unsur-unsur yang terlibat dalam proses belajar tidak terpisahkan tetapi merupakan totalitas dalam membentuk medan belajar. Oleh karena itu teori Gestalt disebut pula dengan teori medan. Menurut Lewin perubahan tingkah laku merupakan indikator hasil belajar yang diperoleh dan lingkungan yang disediakan difungsikan untuk memfasilitasi potensi internal yang terdapat dalam diri pelaku belajar. Selain itu, diuraikan juga pentingnya motivasi dalam pembelajaran. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu dan juga bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan, misalnya pengalaman kesuksesan.

B. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pebelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifis dan teori lainnya.
Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya. Proses pembelajaran yang selama inidilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengiuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpsah dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disussun, dan dikondisiskan untuk siswa gagar belajar. Dalam pembelajaran yang brpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seliruh prancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru da siswa menjdi hubungan yang salingbelajar dan saling menbangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi titk acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran. Dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.
Dalam pembahasan dalam model-model pembelajaran inovatif yang diangkat oleh penulis dalam makalah ini adalah, diantaranya: model pembelajaran Langsung, pembelajaran Diskusi kelas, model-model pembelajaran Kooperatif, dan babarapa contoh model dan langkah-langkah pembelajaran Inovatif.

C. Model-model Pembelajaran Inovatif
1.      Model pembelajaran langsung
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajaryang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Istilah lain model oengajaran langsung dalam Arends (2001, 264) antara lain training model, active teaching model, mastery teaching, explicit instruction.
Ciri-ciri model pengajaran langsung (dalam kardi & Nur, 2000: 3) adalah sebagai berikut:
1.      Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
2.      Sintaks atau poa keseluruhandan luar kegiatan pembelajaran; dan
3.      System pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
4.      Tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuaan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan procedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melkukan sesuat. Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu: tekanan adalah asil bagi antara gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya (p=F/A). pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif di atas adalah bgaimana memperoeh rumus / persamaan tekanan tersebut.
Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika , kimia, matematika merupakaan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau informasi factual. Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lain. Sering kali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
  1.  Pembelajaran Kooperatif
Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Hal yang penting dala model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Teams Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan struktural. Keempat tipe tersebut mempunyai perbandingan seperti pada Tabel 2 berikut ini.
Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Aspek
Tipe STAD
Tipe Jigsaw
Investigasi Kelompok
Pendekatan Struktural
Tujuan kognitif
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri
Informasi akademik sederhana
Tujuan sosial
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerjasama dalam kelompok kompleks
Keterampilan kelompok an keterampilan sosial
Struktur tim
Kelompok heterogen dengan 4-5 orang anggota
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok ”asal” dan kelompok ”ahli”
Kelompok belajar dengan 5-6 anggota heterogen
Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anggota.
Pemilihan topik pelajaran
Biasanya guru
Biasanya guru
Biasanya siswa
Biasanya guru
Tugas Utama
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya
Siswa mempelajari materi dalam kelompok” ahli” kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu
Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif
Penilaian
Tes mingguan
Bervariasi dapat berupa tes mingguan
Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay
Bervariasi
Pengakuan
Lembar pengetahuan dan publikasi lain
Publikasi lain
Lembar pengetahuan dan publikasi lain
Bervariasi








D. Contoh-contoh model pembelajaran Inovatif dan langkah-langkah penerapannya.
Dibawah ini merupakan beberapa contoh model pembelajran Inovatif yang bisa dijadikan rujukan dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya di kelas Lanjut:
1) Group Investigation
Langkah-langkah :
1.        Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2.        Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3.        Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4.        Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
5.        Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6.        Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7.        Evaluasi
8.        Penutup
2) Talking Stick
Langkah-langkah :
1.    Guru menyiapkan sebuah tongkat
2.    Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
3.    Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
4.    Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5.    Guru memberikan kesimpulan
6.    Evaluasi
7.    Penutup
3)  Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)/Kooperatif Terpadu
      Membaca Dan Menulis
 Langkah-langkah :
1.         Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2.         Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3.         Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4.         Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5.         Guru membuat kesimpulan bersama
6.         Penutup
4) Tebak Kata
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga.
Langkah-langkah :
1.    Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit
2.    Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan
3.    Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4.    Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5.    Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. Dan seterusnya
CONTOH KARTU
Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
Dimiliki oleh 1 orang
Struktur organisasinya tidak resmi
Bila untung dimiliki,diambil sendiri
NAH … SIAPA … AKU ?
JAWABNYA : PERUSAHAAN
                       PERSEORANGAN

5) Word Square
MEDIA : Buat kotak sesuai keperluan dan buat soal sesuai TPK
Langkah-langkah :
1.    Sampaikan materi sesuai TPK
2.    Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
3.    Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4.    Berikan poin setiap jawaban dalam kotak :
CONTOH SOAL
1.    Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …….
2.    ……. Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3.    Uang ……. Saat ini banyak di palsukan
4.    Nilai bahan pembuatan uang disebut …….
5.    Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….
6.    Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …….
7.    Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai …….
8.    Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …….
9.    Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar sejumlah uang disebut …….
T
Y
E
N
I
O
K
N
R
A
U
A
N
K
U
O
A
B
A
R
T
E
R
M
N
A
N
I
R
R
S
I
S
D
G
I
I
T
G
N
A
O
N
L
S
A
I
A
K
L
A
A
I
S
R
L
S
A
C
E
K
B
O
S
I
R
I
N
G
G
I
T


E. Media
Bentuk dan jenis media sangat beragam.  Media berdasarkan bentuk penyajiannya dikelompokkan menjadi:
1.      Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar, foto, sketsa, diagaram, bagan, grafik yang ada kaitanya dengan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar.

2.      Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar). Suara atau bunyi direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian diperdengarkan kembali kepada peserta didik. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk media audio. Penggunaan media audio dalam pembelajaran pada umumnya untuk menyampaikan materi pelajaran tentang mendengarkan.

3.      Media Audio Visual
Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu  dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh audio visual, diantaranya program video atau televisi, video atau televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).
Contoh media pembelajaran inovatif dalam pembelajaran
1.      Kartu kata
Flash card adalah kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat, hanya dalam waktu satu detik untuk masing-masing kartu. Tujuannya adalah untuk melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan.
Cara membuat:
Pada kartu yang panjang ditempeli sebuah gambar sederhana. Di samping gambar ditulis suatu pilihan tiga kata, satu yang sesuai dengan gambar dan dua yang mirip dengan gambar. Pada punggung kartu warnai suatu ruang untuk menyatakan kata yang benar. Kemudian disediakan jepit kertas.
Cara bermain:
Dua orang siswa memutuskan kata mana yang sepadan dengan gambar, kemudian menaruh jepit disamping kartu kata itu. Untuk mengecek baliklah kartu.
2.      Papan flannel
Papan flannel adalah papan yang berlapis kain flannel, sehingga gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dilepas dengan mudah dan dapat dipakai berkali-kali. Papan flannel termasuk salah satu media pembelajaran dua dimensi, yang dibuat dari kain flanel yang ditempelkan pada sebuah tripleks atau papan. Kemudian membuat guntingan-guntingan flannel yang di letakkan di bagian belakang gambar.
Langkah-langkah dan Cara Penggunakan Dalam Proses Pembelajaran:
a. Gambar yang telah diberiksan kain flanel disiapkan terlebih dahulu
b. Siapkan papan flanel dan gantungan papan flanel tersebut didepan kelas atau pada bagian yang mudah dilihat oleh pembelajar
c. Ketika pengajar akan menerangkan bahan pelajaran dengan menggunakan gambar, maka gambar dapat ditempelkan pada papan flanel yang telah dilapisi kain flannel
























BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita memahami akan hakekat dari suatu proses pembelajaran yang telah diuraikan dalam makalah ini, merupakan suatu paradikma baru yang sangat perlu bagi kita khususnya sebagai guru dan calon guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran Inovatif. Pembelajaran inovatif merupakan suatu konsep pembelajaran yang sangat menekankan pada vpentingnya partisipasi aktif dari siswa dalam mempelajari suatu kompetensi yang hendak mereka kuasai, guru bertindak sebagai fasilitator yang juga berperan penting dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bisa mengangkat dan mengembangkan kreatifitas siswa. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan model pembelajaran inovatif adalah mengacu pada teori konstruktifisme yang dibangun dari anak dalam belajar dan berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.

B. Saran
Setelah membaca dan memahami makalah yang penulis susun ini, penulis mengharapkan agar setiap pembaca juga mampu menerapkannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran langsung di kelas, karena model pembelajaran inovatif merupakan model yang sangat dianjurkan oleh banyak kalangan karena dapat meningkatkan pola konstruktif berbagai aspek perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang seimbang. Dengan berbagai kekurangan yang penulis miliki, penulis juga menghimbau kepada pembaca agar juga tetap berusaha mencari referensi lain baik dari makalah lain, buku, maupun dari internet tentang materi atau hal yang berkaitan dengan model pembelajaran yang baik bagi pembelajaran. Dengan rendah hati, penulis juga selalu mengharapkan kritik dan saran yang menunjang kesempurnaan makalah ini dari setiap pembaca, atas partisipasinya, penulis mengucapkan limpah terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2006, BSNP Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Depertemen Pendidikan Nasional,Jakarta.

Ibrahim, M., Fida R., Mohamad Nur dan Ismono, 2005, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: PSMS UNESA.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Krisitarsia. 2012. Model-model Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD (Online).  Tersedia: http://detroitnumb.blogspot.com/2012/06/model-model-pembelajaran-bahasa-dan.html (3 April 2013)
Suharmanto, Agus. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif. (Online). Tersedia: izaskia.files.woerdpress.com/2010/03/perencanaan-pembelajaran-inovatif.pdf (3 April 2013)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar